Blogroll

Search Article Here

Embargo Balik Minyak Bumi Untuk Negara Amerika

Selasa, 17 April 2012
Embargo Balik Minyak Bumi Untuk Negara Amerika” ketegori Muslim. Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Pak Ustadz Ahmad Sarwat yang saya cintai, saya ikut prihatin dan sakiit hati ini saat mendengar, melihat, dan merasakan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina, dan lain-lain. Namun apadaya saya hanya orang biasa yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ditambah sikap negara-negara Arab yang ketakutan akan ancaman Amerika dan sekutunya sehingga bank-bank di Arab enggan menyalurkan dana ke Palestina. Diperburuk lagi dengan seringnya negara Amerika ini dengan sombongnya meng-embargo negara-negara Islam. Bukankah ini semua sudah menunjukkan sikap bermusuhan antar agama yang bersembunyi di balik politik luar negeri tanpa kita sadari?
Mengapa Islam sampai hari ini tidak bergerak meladeni mereka bahkan sebaliknya gentar akan gertakan. Bukankah negara Islam ini kaya akan minyak. Mengapa kita ummat Islam belum mau bersatu untuk melawan mereka, misalnya dengan sepakat balik memboikot minyak bumi bagi Amerika dan sekutunya sampai negara Amerika mencabut embargo-embargo mereka. Apakah kita harus membiarkan saudara-saudara kita satu per satu dibantai. Apakah kita hanya berdo’a dan duduk sambil menunggu kedatangan pasukan Alloh - burung ababil ? Jika kita ingin berkirim surat ke para raja Arab, gimana caranya? Terus terang saya kecewa dengan mereka juga dengan pemerintah Indonesia.

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Arief Santoso
Jawaban
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Masalah yang Anda ajukan itu bisa saja sangat sederhana tapi sekaligus tidak sederhana. Dibilang sederhana karena intinya hanya masalah punya nyali apa tidak. Dibilang tidak sederhana, karena resikonya juga besar.
Bagaimana mau embargo, kalau nyali tidak punya? Bagaimana mau unjuk gigi kalau gigi tidak punya. Orang yang tidak punya gigi, jangankan menggigit lawan, sekedar unjuk gigi punya tidak bisa.
Dulu raja Faishal dari Saudi Arabia pernah melakukan embargo kepada Barat. Ketika balik digertak bahwa Saudi akan diembargo secara ekonomi, beliau mengatakan bahwa bangsa kami tidak butuh produk anda. Kami semenjak masa nenek moyang telah terbiasa makan kurma dan air. Itu sudah cukup buat kami. Sayang, sosok seperti beliau tidak ada lagi di dunia ini.
Sekarang itu para pemimpin Arab atau Islam sangat ketakutan kalau digertak. Bahkan oleh negeri sekecil Israel atau Singapura pun keok, tak bernyali, lututnya gemetar, matanya redup, mukanya tertunduk, tangannya menadah, hatinya gundah, jiwanya resah, tangisnya pecah, imannya lemah, mentalnya terjajah.
Tidak semua pemimpin negeri Arab dan Islam laki-laki dalam arti yang sesungguhnya. Begitu banyak yang mentalnya terbelah, jiwanya kosong, kelelakiannya lenyap, bahkan kepribadiannya pecah. Meski banyak di antara mereka yang punya nama dari nama-nama hewan buas seperti macan, singa dan lainnya, sayangnya sikap dan sosok mereka tidak lebih dari hewan sirkus, yang terbiasa menuruti kemauan tuannya demi sejumput makanan dan tepuk tangan penonton.
Bagaimana bukan hewan sirkus, kalau minyak mereka dirampas tapi diam saja. Kedaulatan mereka dilanggar mereka diam saja. Palestina dijajah mereka pun masih diam saja. Iraq diratakan dengan tanah, mereka pun masih diam.
Penyebab
Lahirnya sosok pemimpin dunia Islam yang demikian sebenarnya lantaran sosok kualitas mayoritas umatnya yang tidak jauh berbeda. Di mana-mana domba selalu beranak domba, tidak ada domba beranak harimau. Kalau pemimpin negeri Islam seperti itu, mereka sesunguhnya hanya cerminan dari wajah dunia Islam sendiri. Centang perenang, tidak kompak, tidak menyatu, tidak punya jiwa pengorbanan, mau menang sendiri, tidak peduli, tidak siap berkorban dan seterusnya.
Dengan kualitas umat yang teramat lemah itu, wajar bila musuh pun memandang rendah. Meski jumlah umat Islam tidak kurang dari 1.500.000.000 di muka bumi , tapi jumlah itu tidak ada artinya di hadapan 20 juta-an Yahudi. Dan sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa musuh-musuh umat Islam tidak akan lagi merasa takut atau gentar melihat jumlahnya. Tidak sebagaimana kualitas umat di masa lalu, yang meski sedikit, tapi musuh sudah ketakutan mendengar namanya, bahkan satu bulan sebelum peperangan terjadi, rasa gentar itu sudah mengalahkan kumpulan musuh.
Loyalitas kepada Musuh
Di tengah kelemahan dan kebobrokannya, yang paling menyedihkan adalah masih banyaknya para penguasa di dunia Islam yang mau-maunya memberikan loyalitasnya kepada musuh. Bukan kepada umat Islam sebagai umat yang dipimpinnya.
Inilah yang semakin memperparah keadaan. Mereka bermesraan dengan musuh, sementara dengan rakyatnya yang notabene menyerukan dakwah, malah bersifat kasar, galak dan garang. Walhasil, mereka inilebih berfungsi sebagai kaki tangan musuh ketimbang pemimpin umat.
Sementara Allah SWT telah memerintahkan kita untuk memberikan loyalitas kepada sesama muslim. Seperti yang tercantum pada firman-Nya berikut ini:
Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri -Nya. Dan hanya kepada Allah kembali.
Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah?
Melahirkan Sosok Pemimpin Dunia Islam
Tapi satu hal yang melegakan adalah bahwa usia manusia tidak ada yang abadi. Para penguasa itu tidak akan selamanya bertahta di kursinya. Pasti suatu ketika akan lengser atau meninggal dunia. Masalahnya tinggal siapakah sosok yang akan menggantikan mereka? Apakah dari jenis yang sama ataukah sosok yang baru dan berbeda?
Semua akan terpulang kepada sejauh mana kita sebagai umat menyiapkan calon-calon pemimpin umat masa depan. Tugas kita hanya membina, mengkader dan menyiapkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas. Adapun bagaimana menaikkan mereka ke kursi tertinggi, Allah SWT yang akan mengaturnya.
Dahulu ketika Soeharto masih berkuasa, orang ribut bagaimana menjatuhnya. Tapi lupa untuk menyiapkan sosok penggantinya. Ketika Soeharto benar-benar jatuh dengan sendirinya, nyatanya umat Islam pun belum punya kader terbaiknya. Sehingga yang menjadi penguasa tetap saja orang-orang yang bermasalah.
Paling tidak, masalah-masalah yang muncul masih sama, masih seputar korupsi, ketidak-adilan, kezhaliman, kemiskinan, hutang luar negeri dan sejenisnya. Memang ada sebagian yang sudah mulai berubah, dan itu tidak bisa dipungkiri. Namun harus diakui bahwa beberapa masalah justru semakin parah.
Ini terjadi karena kegagapan kita dalam menciptakan kader berkualitas, sekelas pemimpin nasional atau sekelas dunia. Kalau pun kita punya, kurang dipromosikan. Terus terang, munculnya tokoh itu tidak lepas dari peran media. Dan secara sederhana kita bisa berhitung tentang konstalasi media milik umat Islam dan kompetitornya.
Dengan realitas seperti itu, boleh dibilang kita adalah umat yang mandul, tidak punya kader berkualitas yang populis untuk semua kalangan. Dan ini adalah tantangan buat semua elemen umat.
Dan seandainya para pemimpin lokal umat Islam semakin dewasa dan bijaksana, tentu kita tidak lagi mendengar perseteruan di antara mereka. Kita tidak perlu dengar lagi sindiran-sindiran atau malah makian yang saling terlontar kepada sesama saudara sendiri. Seharusnya kita tidak lagi mendengar ada aktifis partai A melecehkan aktifis partai B, padahal dua-duanya anak kandung Islam juga. Seharusnya kita tidak lagi mendengar jamaah Amencurigai jamaah B lantaran perbedaan persepsi tentang urusan ujung kain sarung yang kepanjangan hingga lewat mata kaki ataumasalah jenggot yang ternyata tidak tumbuh-tumbuh juga.
Seharusnya yang kita lihat adalah sinergi, kualisi, duduk bersama, bersalaman, berangkulan, saling berbagi, saling menyayangi, serta saling menguatkan di antara semua umat Islam. Lalu kita bekerja dengan semangat persaudaraan, masing-masing pada bidangnya tanpa harus saling merasa dirinya yang paling hebat dan paling berperan. Toh, semua itu hanya Allah saja yang tahu secara nilainya.
Semoga Allah SWT memberikan kita rizki berupa pemimpin umat yang adil, bijak, bisa membedakan mana lawan mana kawan, beriman mendalam, berwawasan luas, berjiwa satria, siap berkorban dan rindu masuk surga.
Amien ya rabbal ‘alamin.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 17 April 2012

Embargo Balik Minyak Bumi Untuk Negara Amerika

Embargo Balik Minyak Bumi Untuk Negara Amerika” ketegori Muslim. Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Pak Ustadz Ahmad Sarwat yang saya cintai, saya ikut prihatin dan sakiit hati ini saat mendengar, melihat, dan merasakan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina, dan lain-lain. Namun apadaya saya hanya orang biasa yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ditambah sikap negara-negara Arab yang ketakutan akan ancaman Amerika dan sekutunya sehingga bank-bank di Arab enggan menyalurkan dana ke Palestina. Diperburuk lagi dengan seringnya negara Amerika ini dengan sombongnya meng-embargo negara-negara Islam. Bukankah ini semua sudah menunjukkan sikap bermusuhan antar agama yang bersembunyi di balik politik luar negeri tanpa kita sadari?
Mengapa Islam sampai hari ini tidak bergerak meladeni mereka bahkan sebaliknya gentar akan gertakan. Bukankah negara Islam ini kaya akan minyak. Mengapa kita ummat Islam belum mau bersatu untuk melawan mereka, misalnya dengan sepakat balik memboikot minyak bumi bagi Amerika dan sekutunya sampai negara Amerika mencabut embargo-embargo mereka. Apakah kita harus membiarkan saudara-saudara kita satu per satu dibantai. Apakah kita hanya berdo’a dan duduk sambil menunggu kedatangan pasukan Alloh - burung ababil ? Jika kita ingin berkirim surat ke para raja Arab, gimana caranya? Terus terang saya kecewa dengan mereka juga dengan pemerintah Indonesia.

wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Arief Santoso
Jawaban
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Masalah yang Anda ajukan itu bisa saja sangat sederhana tapi sekaligus tidak sederhana. Dibilang sederhana karena intinya hanya masalah punya nyali apa tidak. Dibilang tidak sederhana, karena resikonya juga besar.
Bagaimana mau embargo, kalau nyali tidak punya? Bagaimana mau unjuk gigi kalau gigi tidak punya. Orang yang tidak punya gigi, jangankan menggigit lawan, sekedar unjuk gigi punya tidak bisa.
Dulu raja Faishal dari Saudi Arabia pernah melakukan embargo kepada Barat. Ketika balik digertak bahwa Saudi akan diembargo secara ekonomi, beliau mengatakan bahwa bangsa kami tidak butuh produk anda. Kami semenjak masa nenek moyang telah terbiasa makan kurma dan air. Itu sudah cukup buat kami. Sayang, sosok seperti beliau tidak ada lagi di dunia ini.
Sekarang itu para pemimpin Arab atau Islam sangat ketakutan kalau digertak. Bahkan oleh negeri sekecil Israel atau Singapura pun keok, tak bernyali, lututnya gemetar, matanya redup, mukanya tertunduk, tangannya menadah, hatinya gundah, jiwanya resah, tangisnya pecah, imannya lemah, mentalnya terjajah.
Tidak semua pemimpin negeri Arab dan Islam laki-laki dalam arti yang sesungguhnya. Begitu banyak yang mentalnya terbelah, jiwanya kosong, kelelakiannya lenyap, bahkan kepribadiannya pecah. Meski banyak di antara mereka yang punya nama dari nama-nama hewan buas seperti macan, singa dan lainnya, sayangnya sikap dan sosok mereka tidak lebih dari hewan sirkus, yang terbiasa menuruti kemauan tuannya demi sejumput makanan dan tepuk tangan penonton.
Bagaimana bukan hewan sirkus, kalau minyak mereka dirampas tapi diam saja. Kedaulatan mereka dilanggar mereka diam saja. Palestina dijajah mereka pun masih diam saja. Iraq diratakan dengan tanah, mereka pun masih diam.
Penyebab
Lahirnya sosok pemimpin dunia Islam yang demikian sebenarnya lantaran sosok kualitas mayoritas umatnya yang tidak jauh berbeda. Di mana-mana domba selalu beranak domba, tidak ada domba beranak harimau. Kalau pemimpin negeri Islam seperti itu, mereka sesunguhnya hanya cerminan dari wajah dunia Islam sendiri. Centang perenang, tidak kompak, tidak menyatu, tidak punya jiwa pengorbanan, mau menang sendiri, tidak peduli, tidak siap berkorban dan seterusnya.
Dengan kualitas umat yang teramat lemah itu, wajar bila musuh pun memandang rendah. Meski jumlah umat Islam tidak kurang dari 1.500.000.000 di muka bumi , tapi jumlah itu tidak ada artinya di hadapan 20 juta-an Yahudi. Dan sebagaimana sabda Rasulullah SAW, bahwa musuh-musuh umat Islam tidak akan lagi merasa takut atau gentar melihat jumlahnya. Tidak sebagaimana kualitas umat di masa lalu, yang meski sedikit, tapi musuh sudah ketakutan mendengar namanya, bahkan satu bulan sebelum peperangan terjadi, rasa gentar itu sudah mengalahkan kumpulan musuh.
Loyalitas kepada Musuh
Di tengah kelemahan dan kebobrokannya, yang paling menyedihkan adalah masih banyaknya para penguasa di dunia Islam yang mau-maunya memberikan loyalitasnya kepada musuh. Bukan kepada umat Islam sebagai umat yang dipimpinnya.
Inilah yang semakin memperparah keadaan. Mereka bermesraan dengan musuh, sementara dengan rakyatnya yang notabene menyerukan dakwah, malah bersifat kasar, galak dan garang. Walhasil, mereka inilebih berfungsi sebagai kaki tangan musuh ketimbang pemimpin umat.
Sementara Allah SWT telah memerintahkan kita untuk memberikan loyalitas kepada sesama muslim. Seperti yang tercantum pada firman-Nya berikut ini:
Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri -Nya. Dan hanya kepada Allah kembali.
Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah?
Melahirkan Sosok Pemimpin Dunia Islam
Tapi satu hal yang melegakan adalah bahwa usia manusia tidak ada yang abadi. Para penguasa itu tidak akan selamanya bertahta di kursinya. Pasti suatu ketika akan lengser atau meninggal dunia. Masalahnya tinggal siapakah sosok yang akan menggantikan mereka? Apakah dari jenis yang sama ataukah sosok yang baru dan berbeda?
Semua akan terpulang kepada sejauh mana kita sebagai umat menyiapkan calon-calon pemimpin umat masa depan. Tugas kita hanya membina, mengkader dan menyiapkan calon pemimpin masa depan yang berkualitas. Adapun bagaimana menaikkan mereka ke kursi tertinggi, Allah SWT yang akan mengaturnya.
Dahulu ketika Soeharto masih berkuasa, orang ribut bagaimana menjatuhnya. Tapi lupa untuk menyiapkan sosok penggantinya. Ketika Soeharto benar-benar jatuh dengan sendirinya, nyatanya umat Islam pun belum punya kader terbaiknya. Sehingga yang menjadi penguasa tetap saja orang-orang yang bermasalah.
Paling tidak, masalah-masalah yang muncul masih sama, masih seputar korupsi, ketidak-adilan, kezhaliman, kemiskinan, hutang luar negeri dan sejenisnya. Memang ada sebagian yang sudah mulai berubah, dan itu tidak bisa dipungkiri. Namun harus diakui bahwa beberapa masalah justru semakin parah.
Ini terjadi karena kegagapan kita dalam menciptakan kader berkualitas, sekelas pemimpin nasional atau sekelas dunia. Kalau pun kita punya, kurang dipromosikan. Terus terang, munculnya tokoh itu tidak lepas dari peran media. Dan secara sederhana kita bisa berhitung tentang konstalasi media milik umat Islam dan kompetitornya.
Dengan realitas seperti itu, boleh dibilang kita adalah umat yang mandul, tidak punya kader berkualitas yang populis untuk semua kalangan. Dan ini adalah tantangan buat semua elemen umat.
Dan seandainya para pemimpin lokal umat Islam semakin dewasa dan bijaksana, tentu kita tidak lagi mendengar perseteruan di antara mereka. Kita tidak perlu dengar lagi sindiran-sindiran atau malah makian yang saling terlontar kepada sesama saudara sendiri. Seharusnya kita tidak lagi mendengar ada aktifis partai A melecehkan aktifis partai B, padahal dua-duanya anak kandung Islam juga. Seharusnya kita tidak lagi mendengar jamaah Amencurigai jamaah B lantaran perbedaan persepsi tentang urusan ujung kain sarung yang kepanjangan hingga lewat mata kaki ataumasalah jenggot yang ternyata tidak tumbuh-tumbuh juga.
Seharusnya yang kita lihat adalah sinergi, kualisi, duduk bersama, bersalaman, berangkulan, saling berbagi, saling menyayangi, serta saling menguatkan di antara semua umat Islam. Lalu kita bekerja dengan semangat persaudaraan, masing-masing pada bidangnya tanpa harus saling merasa dirinya yang paling hebat dan paling berperan. Toh, semua itu hanya Allah saja yang tahu secara nilainya.
Semoga Allah SWT memberikan kita rizki berupa pemimpin umat yang adil, bijak, bisa membedakan mana lawan mana kawan, beriman mendalam, berwawasan luas, berjiwa satria, siap berkorban dan rindu masuk surga.
Amien ya rabbal ‘alamin.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogger news

Categories

Blogger news

Blogger templates

Pages - Menu

Artikel Ku